Silent treatment dicirikan lewat berbagai bentuk seperti tidak melakukan kontak mata, tidak mengacuhkan, menghindari semua kontak, dan tidak menanggapi pertanyaan atau komentar yang ditujukan (Williams dkk., 1998).
When Silent Treatment Hits Me
Adonan aja didiamkan ada waktunya, masa' manusia enggak? Sumber gambar: Kumparan. |
Harus Berhenti di Aku
ternyata diam tak selamanya emas, terkadang ia bara yang menjadikan luka, menganga.
Berbeda dengan Diam Meregulasi Emosi
Kekeliruan mengenali emosi dapat berdampak pada kekeliruan merespon emosi itu sendiri.
Mengapa Seseorang Melakukannya?
But it hurts me ...
Ketika grogi mengungkapkan rasa sayangku secara lisan, kutulis satu cerpen untuk ibu. |
1. Menghindari konflik.
2. Tidak dapat mengomunikasikan perasaan.
3. Memanipulasi, menghukum, atau melukai.
Menurutku, dulu ibu melakukannya padaku untuk menghindari konflik tanpa menyadari bahwa itu sangat membingungkan dan membuatku sedih, juga kelaparan.
Efek dari Silent Treatment
Perlakuan mendiamkan ini dapat membuat seseorang memiliki persepsi buruk terhadap dirinya, 'mahir' overthinking, dan merasa tidak disayangi atau berharga. Dalam penelitian yang dilakukan Putri & Ariana (2022) menunjukkan bahwa apabila silent treatment meningkat maka kecemasan juga akan meningkat.
Menghadapi Perilaku Silent Treatment
Kalau yang melakukan bukan orang terdekat atau tidak bertemu sehari hari, rasanya bisa saja bersikap bodo amat. Tapi kalau keluarga dalam satu atap? Agaknya kita perlu mencari solusi. Ada beberapa hal yang bisa dijalani untuk memperbaiki kondisi ini, di antaranya:
- Memberi waktu untuk mengelola emosi dan tidak memaksa untuk bicara di saat itu juga.
- Membuat aturan. Contohnya, sekiranya kesalahpahaman, ketersinggungan, atau kemarahan terjadi maka perlu melakukan apa? Misal, harus saling terbuka atau membahasnya sebelum tidur agar tidak membiarkannya berlarut larut.
- Tidak membuat prasangka sendiri.
- Menyadari bahwa kita tidak bisa mengendalikan semua hal, tapi bisa mengendalikan diri sendiri. Seperti berusaha untuk tidak membalas silent treatment dengan hal yang sama.
- Mencoba memahami akar masalah.
Perilaku ini termasuk perilaku kekerasan secara emosional maka jika membutuhkan bantuan profesional seperti psikolog atau psikiater, jangan ragu untuk itu. Apakah kamu pernah mengalami hal serupa? Atau mungkin ada perilaku lain yang tidak kamu suka?
Referensi:
Williams, K. D., Shore, W. J., & Grahe, J. E. (1998). The Silent Treatment: Perceptions of Its Behaviors and Associated Feelings. 1(2), 117–141.https://doi.org/10.1177/1368430298012002
Putri, C.N. & Ariana, A.d.(2022).Kecemasan Diri Dewasa Awal yang Menjalani Hubungan Romantis saat Mendapat Perilaku Silent Treatment. Buletin Riset Psikologi dan Kesehatan Mental. 2(1), 163-171.http://e-journal.unair.ac.id/index.php/BRPKM
beda generasi beda treatmentnya. Kalau gen alpha di silent treatment, yang ada mereka ga tau lagi di'diem'in. banyak yg malah jdi bodo amat dgn perasaan ortunya. Memang komunikasi langsung dua arah tetap lebih tepat biar ga berasumsi macem-macem. hehe
BalasHapusKalau dulu mungkin masih berlaku dibuat begini ya. Saat coba mendiamkan ke anak sekarang malah enggak sedikit yang justru cuek dan yauda malah diem aja juga seperti acuh. Setuju banget hal-hal begini tentu harus disesuaikan dengan masanya. Dan jika tidak bisa dilanjutkan maka jangan sampai dilestarikan.
BalasHapuskelaperan karena gak keluar kamar ya
BalasHapus