Realitas Kehidupan Masyarakat Desa di Indonesia
Di tanah Nusantara yang luas, desa berdiri sebagai benteng terakhir, kecil namun penuh arti, dalam mengatur denyut nadi kehidupan yang tampak damai dan bersahaja. Lebih dari 74.000 desa berada di pelukan Ibu Pertiwi, menjangkau ujung-ujung terpencil dan pulau terluar. Setiap desa bak mozaik yang memancarkan warna budaya, adat, dan rupa alam. Namun, desa-desa ini masih berada dalam bayang kemiskinan, di mana kesejahteraan masih jauh dari dekapan.
Mewarnai Pandan Duri Cikal Bakal Anyaman Pandan |
Ladang, kebun, atau lautan menjadi tumpuan hidup bagi kebanyakan mereka. Di antara hamparan hijau padi atau biru samudera, tangan-tangan mereka menenun harapan hari demi hari. Ada pula desa yang menggabungkan kreativitas, pariwisata, dan sumber dari alam — simfoni kehidupan yang memadukan berbagai sektor. Simfoni ini seperti yang pernah saya temui di pesisir Desa Pantai Cermin Kanan, Serdang Bedagai, Sumatera Utara, di mana kreativitas, perikanan, dan wisata bergandengan erat dalam satu irama.
Kondisi Masyarakat Pesisir
Indonesia, negeri dengan daratan seluas 2.027.087 km² yang bersisian dengan lautan seluas 6.166.165 km², bagaikan mutiara yang diselimuti samudera. Garis pantai negeri ini adalah kedua terpanjang di dunia, menyimpan potensi laut tak terkira. Namun, ironinya, luasnya laut tidak selalu berarti kesejahteraan bagi para nelayan tradisional.
Masyarakat pesisir di Indonesia adalah kelompok masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir pantai yang mencakup lebih dari 17.000 pulau dengan panjang garis pantai sekitar 99.000 kilometer. Kenyataan banyaknya pulau di Indonesia menempatkan negeri ini menjadi salah satu negera kepulauan terbesar di dunia. Selain mengandalkan perikanan, di beberapa titik masyarakat pesisir ada pula yang mulai berinisiatif menjadikan wisata berbasis lingkungan dan kearifan lokal menjadi daya tarik yang dapat berperan pula sebagai sumber penghasilan mereka. Dengan kebijakan yang merangkul kearifan lokal, komunitas pesisir diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan dan melestarikan lingkungan juga budaya yang ada.
Program Kampung Berseri Astra
Di antara upaya membersamai perubahan demi kehidupan yang lebih baik, Astra menggelar sebuah gerakan yang dinamai Kampung Berseri Astra, untuk desa-desa di pelosok negeri dengan masyarakat desa sebagai inisiator dan penggerak. Prrogram ini diharapkan dapat menyokong desa lebih mandiri, penuh daya, dan membawa harapan guna menghadapi tantangan kehidupan di masyarakat. Kampung Bestari Astra ditopang oleh empat pilar yaitu pendidikan, kewirausahaan, lingkungan, dan kesehatan.
Melalui gerakan yang bermakna bersama masyarakat, Astra dan masyarakat menyelaraskan langkah demi mengenali dan mengoptimalkan potensi yang ada. Program ini membuka jalan bagi desa-desa guna menapaki mimpi mereka dan menjadi inspirasi bagi desa lain yang ingin hidup mencapai kesejahteraan yang lestari, seperti Desa Pantai Cermin Kanan di Serdang Bedagai, Sumatera Utara.
Desa Pantai Cermin Kanan
Desa Pantai Cermin Kanan, sebelah utara desa ini berbatasan dengan Selat Malaka. Desa itu merupakan salah satu dari 237 desa di kabupaten yang punya julukan "Tanah Bertuah Negeri Beradat" yakni Kabupaten Serdang Bedagai. Memiliki pesona alam yang menjadi daya tarik pengunjung, dan potensi perikanannya menjadi penghidupan. Pantai Cermin sendiri, namanya sudah karib di kalangan wisatawan Sumatera Utara, menghadirkan pesona yang membawa perhatian pada desa-desa di sekitarnya, termasuk Pantai Cermin Kanan yang berkilau di bawah langit biru.
Santai sejenak di Desa Pantai Cermin Kanan |
Kerajinan Anyaman Pandan
Selain perikanan dan wisata pantai, di desa ini terdapat kearifan yang ditenun dari tangan-tangan terampil yakni anyaman pandan yang kemahiran merangkainya merupakan warisan turun temurun. Selain melestarikan budaya, anyaman pandan juga menghadirkan nilai ekonomi.
Karya anyaman pandan ini terbuat dari pandan duri yang di panen dari tanah pesisir. Diubah sedemikian rupa menjadi tikar, tas, topi, hingga dekorasi rumah. Selain cantik, anyaman pandan juga sangat kuat dan awet.
Para ibu, selain mengerjakan proyek ini secara mandiri, juga tergabung dalam satu kelompok yang memiliki posko.
"Lumayan terbantu lah, kita bisa kerjakan ini di rumah juga. Udah siap siap kita berberes, masak, kan bisa duduk istirahat sambil buat anyaman pandan ini. Lumayan bisa dapat duit." Ujar Nek Asma yang saya temui di posko hari itu.
Di posko selain memproses anyaman pandan sedari muka yakni tahap pengumpulan bahan baku, lalu pembuatan, posko yang dipimpin oleh Kak Eva Herlina juga menjadi galeri dan corong penjualan karya para penganyam.
Produk-produk mereka berkelana ke pasar lokal, dan bahkan merambah ke luar, menjadi saksi dari tradisi yang dipamerkan di berbagai tempat.
Meski demikian, jalan mereka tak selalu mudah. Persaingan dengan produk modern dan tantangan untuk menjangkau pasar lebih luas menjadi rintangan yang perlu dilalui. Dukungan melalui pelatihan, peningkatan kualitas, dan pemasaran digital adalah angin segar yang diharapkan. Dengan dorongan yang tepat, anyaman pandan dari Pantai Cermin Kanan bisa bersinar lebih terang, sebagai kebanggaan lokal yang tak hanya memperkaya budaya, tetapi juga mendukung kesejahteraan desa di pantai indah Sumatera Utara.
Kita tak perlu jauh jauh ke sana untuk dapat melihat atau membeli anyaman pandan ini. Karena produk produk ini dipajang pula di instagram @mendaygalleryandsouvenir, bahkan pasar daring (e-commerce). Bagaiamana berminat untuk memilkinya?
Teringatnya di desa ini selain bisa beli produk anyaman pandan, pengunjung bisa belajar menganyam juga gak sih? Trus bisa beli bahan bakunya juga kah kita? 😁
BalasHapus